Distributor obat AS menang dalam kasus opioid West Virginia

Elshinta
Selasa, 05 Juli 2022 - 10:08 WIB | Editor : Calista Aziza | Sumber : Antara
Distributor obat AS menang dalam kasus opioid West Virginia
Arsip - Presiden Joe Biden, yang saat itu masih merupakan bakal calon presiden Amerika Serikat 2020 dari Demokrat, membeli obat batuk di sebuah toko serba ada di Missouri Valley, Iowa, Amerika Serikat, Sabtu (30/11/2019). REUTERS/BRIAN SNYDER

Elshinta.com - McKesson Corp, AmerisourceBergen Corp, serta Cardinal Health Inc tidak bertanggung jawab atas pemakaian besar-besaran opioid (obat pereda nyeri) di sebagian Negara Bagian West Virginia, seorang hakim federal memutuskan pada Senin (4/7).

Keputusan Hakim Distrik AS David Faber itu dikeluarkan dalam kasus senilai 2,5 miliar dolar AS (Rp37,48 triliun) yang diperkarakan oleh kota Huntington dan Cabell County, yang di pengadilan berusaha untuk menunjukkan bahwa tiga distributor obat terbesar AS itu menyebabkan lonjakan resep opioid di kalangan masyarakat mereka.

Namun dalam putusan setebal 184 halaman yang telah lama ditunggu-tunggu, Faber mengatakan volume obat penghilang rasa sakit yang diresepkan yang dikirim ke masyarakat di daerah-daerah tersebut adalah atas keputusan dokter "dengan itikad baik" dalam memberikan resep dan bahwa perusahaan tidak menyebabkan kelebihan pasokan opioid.

"Krisis opioid itu telah memakan korban yang cukup besar pada warga Cabell County dan kota Huntington,” tulisnya. "Dan sementara ada kecenderungan alami untuk menyalahkan dalam kasus-kasus seperti itu, perkaranya harus diputuskan tidak berdasarkan simpati, tetapi pada fakta dan hukum."

Cardinal Health dalam sebuah pernyataan memuji keputusan tersebut. Perusahaan itu mengakui bahwa pihaknya hanya menyediakan "saluran yang aman untuk mengirimkan semua jenis obat."

McKesson mengatakan pihaknya ikut memperkuat program-program untuk mencegah pengalihan opioid ke saluran terlarang.

Pengacara penggugat belum berkomentar.

Lebih dari 3.300 tuntutan hukum telah diajukan oleh pemerintah lokal dan suku atas penyalahgunaan opioid dan meluasnya kasus kelebihan dosis.

Para penuntut menuduh pembuat obat meremehkan risiko kecanduan obat nyeri dan bahwa distributor serta apotek mengabaikan peringatan keras tentang pengiriman opioid ke saluran terlarang.

Para pejabat AS mengatakan bahwa pada 2019, krisis kesehatan menyebabkan hampir 500.000 kematian akibat kelebihan dosis opioid selama dua dekade.

Sejumlah distributor, bersama dengan perusahaan pembuat obat Johnson & Johnson, pada Juli setuju untuk membayar hingga 26 miliar dolar AS (Rp389 triliun) untuk menyelesaikan ribuan tuntutan hukum yang diajukan terhadap mereka oleh pemerintah negara bagian dan lokal di seluruh negeri.

Tetapi, masyarakat di West Virginia yang paling menderita memilih untuk tidak bergabung dengan penyelesaian opioid nasional demi mencari ganti rugi yang lebih besar.

Sumber: Reuters

DISCLAIMER: Komentar yang tampil sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengirim, dan bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi Elshinta.com. Redaksi berhak menghapus dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Baca Juga

 
AS ingatkan Korut agar jangan jual senjata kepada Rusia
Rabu, 06 September 2023 - 13:27 WIB

AS ingatkan Korut agar jangan jual senjata kepada Rusia

Elshinta.com, Amerika Serikat memperingkatkan Korea Utara agar tidak menjual senjata kepada Rusia.
AS tegaskan kembali dukungan terhadap pelepasan air olahan Jepang
Sabtu, 26 Agustus 2023 - 16:07 WIB

AS tegaskan kembali dukungan terhadap pelepasan air olahan Jepang

Elshinta.com, Amerika Serikat (AS), Jumat (25/8), menegaskan kembali dukungannya terhadap pelepasan ...
Deplu AS sebut belum ada kemajuan terkait tentara AS di Korut
Kamis, 03 Agustus 2023 - 12:49 WIB

Deplu AS sebut belum ada kemajuan terkait tentara AS di Korut

Elshinta.com, Korea Utara belum memberikan tanggapan yang berarti terhadap permintaan dari Komando P...
AS waspadai gelombang panas berbahaya dan banjir
Sabtu, 29 Juli 2023 - 18:26 WIB

AS waspadai gelombang panas berbahaya dan banjir

Elshinta.com, Gelombang panas berbahaya akan terus melanda wilayah Pantai Timur dan dataran tengah A...
AS sebut Korut timbulkan ancaman besar terhadap keamanan siber
Kamis, 20 Juli 2023 - 13:22 WIB

AS sebut Korut timbulkan ancaman besar terhadap keamanan siber

Elshinta.com, Amerika Serikat (AS) sangat prihatin dengan kejahatan siber yang dilakukan pelaku dari...
Kadin kenalkan budaya Sultra di Lotus Festival Amerika Serikat
Selasa, 18 Juli 2023 - 08:07 WIB

Kadin kenalkan budaya Sultra di Lotus Festival Amerika Serikat

Elshinta.com, Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Sulawesi Tenggara (Sultra) mengenalkan budaya Bum...
Badan Cuaca AS sebut 37 juta penduduk hadapi cuaca panas berbahaya
Rabu, 12 Juli 2023 - 13:06 WIB

Badan Cuaca AS sebut 37 juta penduduk hadapi cuaca panas berbahaya

Elshinta.com, Badan Cuaca Nasional Amerika Serikat pada Selasa memperkirakan sekitar 37 juta pendudu...
Blinken akan angkat isu Korut di Forum ASEAN
Sabtu, 08 Juli 2023 - 13:18 WIB

Blinken akan angkat isu Korut di Forum ASEAN

Elshinta.com, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dalam Forum Kawasan ASEAN (ARF...
Biden kembali serukan reformasi senjata pada Hari Kemerdekaan AS
Rabu, 05 Juli 2023 - 13:31 WIB

Biden kembali serukan reformasi senjata pada Hari Kemerdekaan AS

Elshinta.com, Presiden AS Joe Biden meminta anggota parlemen dari Partai Republik di Kongres untuk m...
Media AS siarkan rekaman suara Trump yang memiliki dokumen rahasia
Selasa, 27 Juni 2023 - 20:45 WIB

Media AS siarkan rekaman suara Trump yang memiliki dokumen rahasia

Elshinta.com, Media Amerika Serikat pada Senin menyiarkan rekaman suara yang memperdengarkan mantan ...

InfodariAnda (IdA)

Elshinta
CGTN INDONESIA

PM Kamboja temui Wang Yi