Elshinta.com - Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan BJ Habibie adalah Presiden Ketiga Republik Indonesia pada 21 Mei 1998.
Bj Habibie dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia karena kecerdasannya memajukan teknologi Di Indonesia.
Beliau meninggal di Jakarta, pada 11 September 2019 setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta.
Mengutip profil singkat BJ Habibie semasa hidupnya dari berbagai sumber berikut ini. Beliau lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936, anak dari Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardjojo.
BJ Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dan pada 12 Mei beliau menikah dengan Hasri Ainun Habibie dan dikarunia dua orang anak.
Semasa sekolah terutama SMA, prestasi beliau mulai menonjol terutama bidang matematika dan sains. Lalu, melanjutkan pendidikannya di ITB dengan jurusan Teknik Mesin.
Kemudian BJ Habibie mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di jerman dan berkuliah di jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi Pesawat Terbang di Rhein Westfalen Aachen Tecnisiche Hochscule.
Kemudian, beliau mendalami bidang Desain dan Kontruksi Pesawat Terbang untuk studi S3. LAlu dia bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat Terbang.
Semasa karirnya bekerja di Jerman, BJ Habibie menemukan rumus yang diberi nama 'Faktor Habibie', yang mana rumus ini menghitung keretakan sampai ke atom-atom pesawat terbang. Beliau dijuluki 'Mr. Crack' karena penemuan tersebut.
Prestasi tersebut membuat beliau diakui lembaga internasional. Beliau menadapatkan bebrbagai macam penghargaan bergengsi seperti Edwar Warner Award dan Award von Karman yang setara denga hadiah Nobel.
Kemudian pada usia yang ke-38, BJ Habibie pulang ke Indonesia dan menjadi penasihat pemerintah pada bidang teknologi khususnya pesawat terbang.