Elshinta.com - Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bengkulu menyebutkan bahwa Provinsi Bengkulu tidak mendapatkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) impor untuk tahap pertama.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu M. Syarkawi di Bengkulu, Jumat, mengatakan bahwa vaksin yang diimpor tersebut difokuskan untuk wilayah yang terlebih dahulu terinfeksi PMK.
Wilayah tersebut seperti Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Aceh, Provinsi Banten dan wilayah dengan kasus PMK terbanyak di Indonesia.
"Untuk tahap pertama Provinsi Bengkulu tidak mendapatkan vaksin impor sebab vaksin tersebut difokuskan ke wilayah Pulau Jawa," kata Syarkawi.
Untuk vaksin produksi dalam negeri masih dalam penelitian oleh pemerintah pusat agar dapat diproduksi vaksin jenis apa yang pas untuk virus yang ada di Indonesia.
Sementara itu, ratusan hewan jenis sapi telah terinfeksi PNK namun hingga saat ini belum ditemukan hewan yang mati akibat wabah tersebut.
Lanjut Syarkawi, berdasarkan hasil dari Laboratorium Balai Veteriner Provinsi Lampung sebanyak 11 sampel yang diperiksa positif terinfeksi PMK.
Namun, hewan ternak lainnya yang satu kandang dengan yang terinfeksi tersebut telah menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMK.
Menurut dia, penularan PMK di Provinsi Bengkulu diduga ditularkan dari hewan ternak yaitu kambing yang berasal dari daerah di Provinsi Sumatera Selatan yang tiba di Kabupaten Kepahiang.
Sehingga saat ini wilayah yang telah dinyatakan terinfeksi PMK telah dilakukan penutupan dan hewan-hewan di desa tersebut dilarang keluar wilayah.
Syarkawi meminta masyarakat tidak panik dan khawatir terkait penyebaran PMK tersebut sebab penyakit tersebut tidak menyerang ataupun berbahaya bagi manusia.
Namun masyarakat hanya diperbolehkan mengkonsumsi daging sapi yang terkena PMK sedangkan untuk bagian mulut, lidah, hidung bagian kaki bawah serta jeroan sapi dilarang dikonsumsi.
"Masyarakat tidak sengaja mengkonsumsi bagian jeroan sapi yang terinfeksi PMK tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi manusia," terangnya.