Makna toleransi dalam kue kering khas Lebaran

Elshinta
Senin, 02 Mei 2022 - 14:23 WIB | Editor : Widodo | Sumber : Antara
Makna toleransi dalam kue kering khas Lebaran
Ilustrasi (Pixabay)

Elshinta.com - Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan mengatakan kue-kue kering seperti nastar, kastengel, lidah kucing, dan putri salju yang populer disajikan sebagai kudapan khas Lebaran memiliki makna toleransi di baliknya.

Ia menjelaskan kue kering tersebut mulanya dikenal pada masa kolonial melalui pertukaran hantaran dari keluarga Eropa untuk keluarga priyayi yang merayakan hari Lebaran. Kue-kue tersebut juga menjadi kudapan yang biasa dihidangkan pada hari-hari perayaan umat Nasrani.

"Kue-kue kering ini disajikan ketika keluarga-keluarga priyayi merayakan lebaran dan di sini juga ada hantar-menghantar ketika Lebaran. Keluarga-keluarga Eropa menghantarkan makanan seperti kue-kue kering ini untuk keluarga priyayi," kata Fadly saat dihubungi ANTARA, Senin.

Ia mengatakan kue kering yang diadopsi dari kalangan Eropa tersebut dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk, bahan, dan rasa yang berbeda dengan aslinya.

Kastengel (kaasstengels, dalam bahasa Belanda), misalnya, memiliki bentuk yang lebih panjang dalam versi aslinya. Selain bentuk, Fadly mengatakan kualitas keju yang digunakan pada kastengel di Belanda dan Hindia Belanda juga memiliki perbedaan.

Atau nastar, misalnya, terinspirasi dari kue pai atau tar Eropa yang biasanya diisi dengan bluberi dan apel. Nastar berasal dari dua kata dalam bahasa Belanda yaitu "ananas" (nanas) dan "taart" (pie).

Fadly mengatakan nastar merupakan inovasi yang dibuat oleh para perempuan Belanda yang menetap di Hindia Belanda. Kala itu mereka memanfaatkan buah nanas yang hanya tumbuh di daerah tropis sebagai pengganti isian kue.

"Itulah ada proses modifikasi, artinya di tangan orang-orang di Hindia Belanda berbeda dengan apa yang dihasilkan di Belanda sana. Kalau kita perhatikan bentuk nastar dan kastengel yang ada di Belanda itu berbeda," ujarnya.

Selain keluarga Eropa, Fadly menambahkan bahwa kalangan yang mengonsumsi kue-kue kering itu mulanya hanya keluarga priyayi atau ningrat sebab merekalah yang memiliki akses hubungan dengan orang-orang Eropa, hingga kemudian dibuat di rumah-rumah tangga pribumi kebanyakan.

"Pada masa itu, antara keluarga priyayi dan keluarga Eropa memiliki hubungan yang berkaitan dengan kepentingan politik, ekonomi atau bisnis, itu memang membuka hubungan yang terbuka dalam kaitan hantar-menghantarkan makanan," kata Fadly.

Tradisi hantaran tak hanya terjadi saat Lebaran Idul Fitri. Sebaliknya, ketika momen hari raya bagi orang-orang Eropa tiba, seperti Natal, maka keluarga pribumi juga turut menghantarkan makanan tradisional.

"Jadi tidak heran kalau pada masa kolonial orang Eropa juga mengenal makanan-makanan khas pribumi, ya, seperti tertulis dalam buku-buku masakan berbahasa Belanda. Mereka bukan hanya menikmati makanan Eropa, tapi juga apa yang dinikmati pribumi," kata Fadly.

DISCLAIMER: Komentar yang tampil sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengirim, dan bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi Elshinta.com. Redaksi berhak menghapus dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Baca Juga

 
 Lestarikan wisata kuliner, Saga gelar workshop Opak Conggeang khas Jabar
Minggu, 03 September 2023 - 11:12 WIB

Lestarikan wisata kuliner, Saga gelar workshop Opak Conggeang khas Jabar

Elshinta.com, Sahabat Ganjar (Saga) relawan yang berdedikasi  melestarikan warisan kuliner tradisio...
Kacang Sacha Inchi, miliki nilai jual tinggi dan kandungan Omega 3 lebih dari ikan Salmon
Senin, 28 Agustus 2023 - 19:06 WIB

Kacang Sacha Inchi, miliki nilai jual tinggi dan kandungan Omega 3 lebih dari ikan Salmon

Elshinta.com, PT Mitera Karya Djaya Perdasa (MKDP) Regional II Aceh mengajak para petani Aceh Utara ...
Di Pare Pare, Saga gelar workshop pembuatan Roti Mantao
Minggu, 27 Agustus 2023 - 15:55 WIB

Di Pare Pare, Saga gelar workshop pembuatan Roti Mantao

Elshinta.com, Sahabat Ganjar, relawan yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial dan kewirausahaan, ke...
Hokben Mampang tampung 152 bangku hingga party room, musala, dan area parkir yang luas
Jumat, 25 Agustus 2023 - 14:53 WIB

Hokben Mampang tampung 152 bangku hingga party room, musala, dan area parkir yang luas

Elshinta.com, Di tengah banyak perusahaan, cafe atau rumah makan yang gulung tikar, Rumah makan HokB...
MUI tegaskan produk `wine` Nabidz haram
Selasa, 22 Agustus 2023 - 20:34 WIB

MUI tegaskan produk `wine` Nabidz haram

Elshinta.com, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa ...
Mencicipi hidangan khas Vietnam di restoran halal Saigon
Rabu, 16 Agustus 2023 - 17:45 WIB

Mencicipi hidangan khas Vietnam di restoran halal Saigon

Elshinta.com, Bagi warga muslim tentu ada kalanya kesulitan untuk menemukan restoran makanan halal t...
Dokter anak katakan tata laksana anak obesitas dengan ganti camilan
Selasa, 08 Agustus 2023 - 17:23 WIB

Dokter anak katakan tata laksana anak obesitas dengan ganti camilan

Elshinta.com, Ketua Tim Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Banten dr Novitria Dwinanda...
Pilihan makanan yang cocok untuk akhir pekan
Minggu, 06 Agustus 2023 - 11:55 WIB

Pilihan makanan yang cocok untuk akhir pekan

Elshinta.com, Akhir pekan bersama teman?, sudah menemukan makanan yang cocok?.
Inspirasi kuliner unik, Barbie berbalut gaun daging
Sabtu, 05 Agustus 2023 - 21:31 WIB

Inspirasi kuliner unik, Barbie berbalut gaun daging

Elshinta.com, Hadir di restoran Jepang bernama Rokurenya yang terletak di AEON Mall BSD, Kabupaten T...
Rekomendasi jajanan lezat di festival `Kampoeng Tempo Doeloe`
Sabtu, 05 Agustus 2023 - 07:19 WIB

Rekomendasi jajanan lezat di festival `Kampoeng Tempo Doeloe`

Elshinta.com, JF3 Food Festival kembali hadir untuk ke-18 kalinya dengan menghadirkan festival kulin...

InfodariAnda (IdA)