Hasil Sensus 2021: Dalam Hal Jumlah Migran ke Australia, India Ungguli China
Elshinta
Rabu, 29 Juni 2022 - 09:53 WIB | Penulis : Mitra Elshinta Feeder
Hasil Sensus 2021: Dalam Hal Jumlah Migran ke Australia, India Ungguli China
ABC.net.au - Hasil Sensus 2021: Dalam Hal Jumlah Migran ke Australia, India Ungguli China

Dipti Ray dan keluarganya pindah secara permanen ke Australia dari India pada tahun 2020.

Perempuan berusia 36 tahun itu menghabiskan waktu di Australia untuk bekerja satu dekade lalu, tetapi tidak membayangkan di sinilah dia akan berakhir.

"Saya kembali ke India karena keluarga saya dan semua orang ada di sana ... Saya tidak pernah benar-benar berpikir untuk kembali ke Australia," kata Dipti kepada ABC.

"Tapi terutama setelah punya anak, kami pikir kami akan memiliki peluang yang lebih baik di sini."

Meskipun pindah saat COVID memunculkan lebih banyak tantangan bagi Dipti, suaminya, dan anaknya yang berusia empat tahun dengan senang hati menetap di kawasan Glen Waverley di timur Melbourne.

Keluarga Dipti adalah bagian dari komunitas India yang berkembang di Australia.

Ada tambahan hampir 220.000 orang yang melaporkan bahwa mereka lahir di India dalam sensus terbaru, dibandingkan dengan ketika sensus sebelumnya dilakukan pada 2016, menurut data Biro Statistik Australia yang dirilis hari ini (28/06).

Ini berarti India menyalip China dan Selandia Baru untuk menjadi negara kelahiran terbesar ketiga, di belakang Australia dan Inggris.

Dan secara total, lebih dari 1 juta orang telah bermigrasi ke Australia sejak sensus 2016.

Dipti mengatakan ada komunitas besar India yang terhubung dengan keluarganya untuk kegiatan budaya, tetapi dia juga melihat pengakuan yang lebih luas dari perayaan tradisional India.

"Ada banyak pemberitaan ke festival ini - saya tahu Diwali adalah hal yang besar," katanya.

"

"Jadi bukan hanya komunitas India, tetapi juga komunitas Australia yang memprakarsai festival dan perayaan ini."

"

Sensus — kuesioner rumah tangga nasional yang dilakukan setiap lima tahun — berlangsung pada Agustus tahun lalu di tengah pandemi COVID-19 yang memburuk.

Data mengungkapkan bahwa hampir setengah dari semua orang Australia (48,2 persen) memiliki orangtua yang lahir di luar negeri, dan lebih dari seperempatnya sendiri lahir di luar negeri.

Sebagai perbandingan, 45,5 persen orang Australia memiliki setidaknya satu orangtua yang lahir di luar negeri pada tahun 2016.

Warga Australia juga diminta untuk melaporkan hingga dua "keturunan" - terpisah dengan pertanyaan tentang negara kelahiran.

Inggris tetap menjadi akar keturunan nenek moyang yang paling umum (33 persen), diikuti oleh Australia (29,9 persen), Irlandia (9,5 persen), Skotlandia (8,6 persen) dan China (5,5 persen).

Komunitas Nepal tumbuh berlipat ganda

Tren migrasi penting lainnya adalah pertumbuhan populasi Nepal, yang meningkat dua kali lipat sejak sensus sebelumnya.

Nepal memiliki peningkatan terbesar kedua dalam hal negara kelahiran, dengan tambahan 67.752 orang.

Pranab Shrestha datang ke Australia pada tahun 2014 untuk menyelesaikan gelar masternya di bidang teknik.

Dia akhirnya tinggal dengan visa migran terampil.

"Saya punya rencana untuk kembali ke negara asal saya, tetapi bisnis keluarga kami yang ada di sana tidak berhasil," kata Pranab kepada ABC.

"

"Jadi saya merasa lebih baik bertahan demi peluang kerja dan pilihan untuk kehidupan yang lebih nyaman."

"

Angka terbaru dari Departemen Dalam Negeri menunjukkan bahwa sejak 2017, mayoritas migran Nepal memasuki negara bagian dan teritori Australia dengan visa nominasi terampil dan visa pasangan.

Pranab mengatakan sudah ada komunitas Nepal yang cukup besar di mana dia tinggal di barat laut Melbourne, tetapi akhir-akhir ini dia melihat komunitas itu berkembang.

"Ketika kami pergi ke pertokoan, Anda dapat mendengar lebih banyak orang berbicara dalam bahasa kami," katanya.

Pria berusia 37 tahun itu mencoba berbicara bahasa Nepal sebanyak yang dia bisa dengan kedua putrinya, yang lahir di Australia.

Mereka juga menjalankan adat tradisional Nepal mereka.

Bagi Pranab, dia dapat bertransisi dengan nyaman ke dalam kehidupan di Australia, karena ada sistem yang membantunya di sepanjang jalan.

"Anda bisa mendapatkan banyak informasi yang dengan mudah tersedia dan itu cukup untuk memandu Anda," katanya.

Bahasa Mandarin tetap paling banyak digunakan

Meskipun India menyalip Cina untuk menjadi negara kelahiran terbesar ketiga, bahasa Mandarin tetap menjadi bahasa yang paling umum digunakan di rumah selain bahasa Inggris.

Hampir 700.000 orang dilaporkan berbicara bahasa Mandarin di rumah, diikuti oleh bahasa Arab dengan sekitar 367.000 orang.

Punjabi mengalami peningkatan terbesar sebesar 80 persen sejak 2016, dengan lebih dari 239.000 orang Australia sekarang menggunakan bahasa tersebut di rumah.

Data sensus 2021 mengumpulkan informasi tentang lebih dari 250 keturunan dan 350 bahasa.

"Informasi yang dikumpulkan dalam sensus memberikan data penting untuk membantu merencanakan layanan dan dukungan bagi komunitas yang beragam secara budaya dan bahasa di tingkat lokal," kata kepala statistik Biro Statistik Australia, David Gruen.

"Misalnya, dengan memahami kelompok penduduk yang berkembang di daerah mereka, kelompok masyarakat dapat memberikan layanan dalam bahasa di tingkat lokal."

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.

DISCLAIMER: Komentar yang tampil sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengirim, dan bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi Elshinta.com. Redaksi berhak menghapus dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Baca Juga
 
Populasi India Diprediksi akan Lampaui China, Menjadikannya Negara Terpadat di Dunia 2023
Kamis, 14 Juli 2022 - 09:09 WIB
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, populasi India akan melampaui China pada 202...
Terkait Manuver China di Pasifik, Menhan Australia Peringatkan Koalisi AS-Australia Tidak Bisa Tinggal Diam
Kamis, 14 Juli 2022 - 09:09 WIB
Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, menyerukan kerja sama yang lebih erat dengan Amerika S...
Kisruh Dugaan Penyelewengan Dana ACT, Ini Tanggapan Pengelola Dana Kompensasi Korban Boeing
Kamis, 14 Juli 2022 - 09:09 WIB
Senin dan Selasa kemarin (12/07) Bareskrim Polri telah memeriksa mantan pemimpin organisasi filant...
Kapal Selam Nuklir China Terus Membuntuti Kapal Perang Australia karena Dituding Memasuki Wilayahnya
Kamis, 14 Juli 2022 - 09:09 WIB
Departemen Pertahanan Australia menolak untuk menjelaskan pertemuan kapal perangnya dengan pihak m...
Twitter Gugat Elon Musk, Menuntutnya Bertanggung Jawab Menyelesaikan Perjanjian Akuisisi
Kamis, 14 Juli 2022 - 09:09 WIB
Twitter telah menggugat Elon Musk dengan tuntutan agar bertanggung jawab menyelesaikan akuisisi per...
Presiden Sri Lanka Melarikan Diri Bersama Istrinya ke Maladewa
Kamis, 14 Juli 2022 - 09:09 WIB
Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, telah meninggalkan negara itu tak lama setelah pengunjuk ras...
Presiden Jokowi Akhiri Rangkaian Lawatan, Fokus pada Krisis Pangan dan Misi Perdamaian Rusia-Ukraina
Selasa, 12 Juli 2022 - 11:02 WIB
Presiden Indonesia Joko Widodo mengakhiri perjalanannya ke Ukraina dan Rusia, mendorong pemulihan k...
Kota Leeton di Pedalaman Australia Membuka Diri untuk Pendatang dan Pencari Suaka
Selasa, 12 Juli 2022 - 11:02 WIB
Ketika ayah Ali Mehdi, seorang migran asal Pakistan, meninggal pada tahun 2017, dia mulai mencari ne...
Tiga Orang Tewas dalam Penembakan di Pusat Perbelanjaan di Denmark
Selasa, 12 Juli 2022 - 11:02 WIB
Perdana Menteri Denmark mengatakan penembakan di sebuah pusat perbelanjaan di Kopenhagen adalah &quo...
Warga Migran Berpikir untuk Meninggalkan Australia Karena Kenaikan Biaya Hidup
Selasa, 12 Juli 2022 - 11:02 WIB
Kenaikan harga kebutuhan di Australia telah membuat para migran berpikir dua kali tentang apakah mas...

InfodariAnda (IdA)

Elshinta
CGTN INDONESIA

PM Kamboja temui Wang Yi