Perubahan iklim ubah perilaku masyarakat

Elshinta
Kamis, 26 Mei 2022 - 09:01 WIB | Editor : Widodo | Sumber : Antara
Perubahan iklim ubah perilaku masyarakat
Aktivitas organisasi masyarakat FKH. (antaranewskalsel.com/ist)

Elshinta.com - Orang tua dulu pasti masih ingat yang namanya "gabang" (bahasa Banjar) yakni selimut tebal untuk tidur malam, karena era tahun 70-an hingga 80-an, cuaca masih dingin, sehingga jika tak memakai selimut atau gabang pasti akan kedinginan dan sulit tidur.

Bahkan di beberapa kampung kawasan pedalaman Kalimantan Selatan, misalnya Kampung Inan, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, dulu minyak goreng yang terbuat dari minyak kelapa membeku saat tengah malam hingga pagi, bahkan mendekati siang, karena cuaca sangat dingin, sulit digunakan untuk menggoreng.

Biasanya setelah pukul sepuluh atau sebelas siang barulah minyak goreng tersebut mencair, karena cuaca sudah panas.

Begitu juga jika bernapas, terlihat uap di mulut warga kawasan tersebut saat itu lantaran dingin, bahkan untuk menghangatkan badan saat pagi hari banyak warga yang membuat "parapin" (tempat pengapian, kayu kayu yang dibakar) kemudian "badadang" (mendekatkan badan ke nyala api).

Untuk menghangatkan badan, penduduk setempat kala itu, sering membuat api unggun, semacam tumpukan balok kayu yang dibakar, lalu tumpukan kayu yang dibakar tersebut kemudian membara.

Penduduk setempat biasa nongkrong sambil ngobrol di sekitar tumpukan kayu yang membara.

Atau mereka membuat sebuah wadah terbuat dari tanah yang menyerupai kuali, lalu di dalam kuali tersebut mereka mengumpulkan arang kayu lalu dibakar, yang disebut penduduk setempat dengan sebagai "parapin" dan wadah tersebut bisa dipindah pindah ke mana mau untuk menghangatkan ruangan rumah.

Cerita tersebut hanya tinggal kenangan, karena perubahan cuaca di bumi begitu drastis dari yang dulu dingin menjadi begitu panas.

Warga sekarang nyaris tak mengenal lagi yang namanya selimut gabang, api unggun, parapin dan sebagainya.

Karena cuaca dingin seperti itu sudah jarang terjadi dan bahkan sekarang cuaca panas, makanya kebiasaan sekarang adalah bukan menyalakan api pemanas, tetapi menggunakan kipas angin, bahkan pendingin rumah seperti AC.

Masalahnya sekarang kalau tidak menggunakan kipas angin atau AC sudah pasti juga sulit tidur lantaran kepanasan, dan badan menjadi berkeringat.

Begitulah perubahan alam yang dirasakan antara tahun 70-an hingga era tahun 2000-an ini, terjadi perubahan alam yang sangat luar biasa, dari yang dulu dingin menjadi panas yang memunculkan kebiasaan baru pula bagi masyarakat.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Banjarmasin, Wahyu Yons saat acara peringatan Hari Bumi 2022 tingkat Kota Banjarmasin tidak membantah terjadi perubahan iklim yang sangat signifikan tersebut.

Perubahan iklim
Menurut Wahyu Yons pada acara yang dihadiri sebagian besar para penggiat lingkungan dari Forum Komunitas Hijau (FKH), Perkumpulan Hijau Daun (PHD), Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) dan Komunitas Teratai tersebut, perubahan iklim tersebut dampak dari perubahan iklim secara global.

Perubahan secara global yang disebut sebagai efek rumah kaca, ketika begitu banyak karbon yang dihasilkan ke udara akibat kegiatan manusia yang menyebabkan lapisan ozon menipis dan sinar matahari begitu mudah menghantam bumi.

Karbon-karbon yang diproduksi di bumi begitu meningkat setelah kemajuan zaman beberapa dekade ini, banyaknya kendaraan bermotor yang menghasilkan asap knalpot berupa karbon ke udara.

Belum lagi menjamur kawasan industri, khususnya di negara negara maju, yang melahirkan banyak moncong cerobong asap pabrik yang juga melahirkan sekian banyak karbon ke udara.

Ditambah terjadinya kerusakan alam yang luar biasa, hutan-hutan digunduli akibat penebangan kayu, pertambangan, perkebunan, dan kegiatan lainnya.

Semuanya menimbulkan persoalan alam yang menyebabkan bumi yang satu-satunya bagi tempat tinggal manusia tersebut rusak.

Kerusakan alam yang begitu meluas tersebut juga sering menimbulkan kebakaran lahan semak belukar yang hebat yang memunculkan gumpalan asap ke udara itu juga adalah karbon yang merusak lapisan ozon.

Apalagi jika yang terbakar tersebut lapisan hamparan hutan gambut tentu produksi karbon ke udara jadi berlipat lipat.

Tanam pohon
Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain untuk mengimbangi panas bumi tersebut tentu harus dilakukan penanaman pohon secara besar besaran, bukan saja di Indonesia tetapi seharusnya di seluruh negara di dunia.

Ketua FKH Banjarmasin Mohammad Ary sudah mencermati perubahan alam tersebut.

"Kami bersama kawan-kawan mencoba membangun berbagai organisasi yang berorientasi penyelamatan lingkungan, seperti Forum Komunitas Hijau (FKH) , Perkumpulan Hijau Daun (PHD), dan Malingai (Masyarakat Peduli Sungai)," katanya.

Pendirian organisasi tersebut memang terkesan kecil atau seakan tak punya arti melawan lajunya kerusakan alam sekarang.

Tetapi setidaknya organisasi yang menghimpun para penggiat lingkungan ini mencoba mengajak atau memberikan edukasi tentang penyelamatan hutan lalu menanam pohon sebanyak-banyaknya untuk kembali melakukan penghijauan.

FKH Banjarmasin yang sejak berdiri 2013 hingga saat ini terus konsisten melakukan penanaman pohon walau skala kecil tetapi setidaknya ada yang ditanam.

Bahkan organisasi FKH yang sebagian besar anggotanya para pensiunan tersebut mendirikan lahan pembibitan (nursery) di kebun para anggota, di halaman rumah, atau di lahan mana saja.

Pembibitan yang dilakukan di antaranya trembesi, angsana, ketapang, bambu, pinang, dan aneka tanaman lokal, termasuk bibit buah.

Bahkan FKH bersedia berkolaborasi dengan siapapun jika ada gerakan tanam pohon, seperti dengan pemerintah Provinsi Kalsel melalui gerakan sejuta pohon yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini.

FKH juga bersedia berkolaborasi dengan Balai DAS, yang telah melakukan pembibitan aneka tanaman hijau yang bibitnya dibagi-bagikan kepada masyarakat. FKH pun bersedia membagikan hampir di setiap hari Sabtu.

LSM itu juga memperluas gerakan penghijauan di Kalimantan Selatan, kemudian mengajak masyarakat di 13 kabupaten kota di provinsi ini membentuk FKH di wilayah masing masing.

Maksudnya tak lain, bagaimana FKH bisa melakukan aksi penyelamatan lingkungan, seperti pembersihan sampah, bersihkan sungai, serta menggelorakan penanaman pohon di kampung kampung serta daerah lahan gundul di wilayah masing-masing.

Bahkan anggota FKH di kabupaten/kota Kalsel yang sebagian anak muda tersebut terus dibimbing agar mampu melakukan pembibitan aneka tanaman. Khususnya jenis buah-buahan khas setempat pada aksi penghijauan akan ditanam.

Anggota FKH juga bersedia berkolaborasi dengan instansi apapun di wilayah mereka.

Sekecil apapun peran FKH semoga menjadi magnet agar semakin banyak organisasi serupa, sehingga setidaknya walau tidak mampu menghentikan setidaknya mengurangi laju kerusakan alam.*

DISCLAIMER: Komentar yang tampil sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengirim, dan bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi Elshinta.com. Redaksi berhak menghapus dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Baca Juga

 
MCV Mesir dan Volvo Swedia akan produksi bus listrik ke pasar Eropa
Rabu, 06 September 2023 - 09:57 WIB

MCV Mesir dan Volvo Swedia akan produksi bus listrik ke pasar Eropa

Elshinta.com, Manufacturing Commercial Vehicles (MCV) Mesir dan Volvo Swedia pada Selasa (5/9) menan...
Menkominfo pastikan kesiapan fasilitas di media center KTT ke-43 ASEAN
Senin, 04 September 2023 - 09:42 WIB

Menkominfo pastikan kesiapan fasilitas di media center KTT ke-43 ASEAN

Elshinta.com, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi memastikan kesiapan fasilitas dan...
Media Center KTT ASEAN sediakan internet cepat dukung kerja jurnalis
Senin, 04 September 2023 - 08:59 WIB

Media Center KTT ASEAN sediakan internet cepat dukung kerja jurnalis

Elshinta.com, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informati...
Pemerintah intensif awasi penggunaan frekuensi radio selama KTT ASEAN
Minggu, 03 September 2023 - 16:05 WIB

Pemerintah intensif awasi penggunaan frekuensi radio selama KTT ASEAN

Elshinta.com, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (...
Ide liburan agar lebih bewarna
Minggu, 03 September 2023 - 12:15 WIB

Ide liburan agar lebih bewarna

Elshinta.com, Bagi banyak orang, liburan akhir tahun merupakan momen yang ditunggu-tunggu, mengingat...
150 unit Wuling Air Ev siap kawal delegasi KTT ASEAN 2023
Minggu, 03 September 2023 - 08:31 WIB

150 unit Wuling Air Ev siap kawal delegasi KTT ASEAN 2023

Elshinta.com,  Wuling Motors (Wuling) kembali ikut ambil bagian dalam melancarkan kegiatan kenegara...
AHM buka layanan pengecekan rangka eSAF motor Honda
Sabtu, 02 September 2023 - 12:19 WIB

AHM buka layanan pengecekan rangka eSAF motor Honda

Elshinta.com, PT Astra Honda Motor (AHM) akhirnya membuka layanan pengecekan rangka eSAF (enhanced S...
10 Motivator terbaik dan terkenal di Indonesia, nomor tujuh paling muda
Jumat, 01 September 2023 - 20:51 WIB

10 Motivator terbaik dan terkenal di Indonesia, nomor tujuh paling muda

Elshinta.com, Sudah tidak asing lagi, di Indonesia terdapat nama-nama Motivator yang bisa memberikan...
Gen Z Asia Tenggara jadikan ponsel sebagai pusat hiburan
Kamis, 31 Agustus 2023 - 22:56 WIB

Gen Z Asia Tenggara jadikan ponsel sebagai pusat hiburan

Elshinta.com, Survei yang dilakukan jenama gawai POCO dengan perusahaan data YouGov menunjukkan gene...
Alasan Hyundai segarkan Stargazer dengan label X di belakangnya
Rabu, 30 Agustus 2023 - 13:38 WIB

Alasan Hyundai segarkan Stargazer dengan label X di belakangnya

Elshinta.com, Chief Operating Officer of HMID, Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bahwa pihaknya me...

InfodariAnda (IdA)

Elshinta
CGTN INDONESIA

Hari Raya Ceng Beng