Elshinta.com - Selama Ramdan 1443 H. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama bekerjasama dengan Radio Elshinta menggelar Program Ramadan bertajuk Pesantren di Radio.
Program yang memperkenalkan secara luas Pendidikan di Pesantren, mulai dari Pendidikan Keagamaan dan Pendidikan khusus dan umum serta pendidikan Karakter di Pesantren yang dilaksanakan selama Ramadan 1443 H, Program yang pertama kali terselenggara ini mendapatkan respon positif dari masyarakat umum, khususnya Pendengar Radio Elshinta.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghafur menyambut baik program Pesantren di Radio ini karena telah mengenalkan nilai-nilai pesantren secara utuh, seperti kemandirian dan kesederhanaan, sehingga menjadi referensi bagi pendidikan anak bangsa.
Selama ini para santri lebih dikenal sebagai kaum sarungan, atau bahkan dianggap sebagai masyarakat tertinggal, padahal, pesantren saat ini sudah sangat adaptif, bahkan cenderung seperti sudah melakukan "need assessment".
“Pesantren perkembangannya sangat menarik. Hampir seluruh kebutuhan pendidikan anak kini sudah ada di pesantren. Orang tua yang ingin anaknya pinter matematika, di pesantren disediakan sekolahnya. Anaknya hanya ingin ngaji kitab atau agama, pesantren lebih awal mengajarkan hal itu,” kata Waryono.
Waryono menambahkan, merujuk Undang-Undang No.18 Tahun 2019 tentang Pesantren, pihaknya mendukung program-program inspiratif seperti Pesantren di Radio yang telah mengenalkan dunia pesantren dan menjadi momentum bagi pesantren untuk semakin diakui, baik secara kelembagaan pendidikan oleh negara. Terutama semakin dikenal masyarakat Indonesia.
“Program ini kemudian menjadi relevan dan perlu untuk ditindaklanjuti, ada kontinuitas, sehingga eksistensi dan kontribusi pesantren bagi negara menjadi semakin dikenal,” pungkas Waryono.
Sementara itu Wakil Pemimpin Redaksi Radio Elshinta, Haryo Ristamaji mengatakan, Pesantren di Radio adalah Program yang bertujuan untuk semakin mengenalkan pesantren kepada masyarakat. Selain animo yang tinggi, pendengar dapat memahami ternyata pesantren tidak hanya mengedepankan pembelajaran ilmu agama, tetapi juga ilmu terapan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan, seperti bahasa asing, ilmu sosial dan ilmu eksakta lainnya.
“Lulusan pesantren tidak hanya mengandalkan "knowledge" semata, tetapi juga akhlak. Ini yang menunjukkan pesantren menjadi tumpuan harapan masyarakat. Ketika santri belajar di pesantren, yang diajarkan nilai-nilai yang sangat positif oleh kiainya, sehingga itu menjadi catatan yang sangat bagus sekali untuk generasi muda ke depannya,” kata Haryo.
Haryo menambahkan, selain memberikan edukasi dengan mengenalkan dunia pesantren kepada para pendengar. Program yang diselenggarakan setiap tanggal ganjil Ramadan ini memberikan paradigma baru dan positif tentang pesantren, menjadi santri, dan kehidupan setelah lulus. Bahwa lulusan pesantren tidak hanya menjadi ustadz. Banyak santri yang sukses di negeri ini, seperti halnya Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin. Ia merepresentasikan santri yang tidak merasa memiliki keterbatasan dalam menggapai cita-cita.
“Saya berharap program ini dapat dilanjutkan. Saya mewakili redaksi dan pendengar mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Agama, khususnya Direktorat Pesantren yang telah menggagas program ini di Radio Elshinta. Mudah-mudahan program ini menjadi cikal bakal program program ke depan, dengan program-program yang lebih intens di Elshinta,” harap Haryo.
Pesantren di Radio merupakan program kerja sama Radio Elshinta dan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang diselenggarakan setiap hari ganjil Ramadan 1443 H. Pesantren di Radio mengangkat beragam tema menarik seputar dunia pesantren, antara lain: “Pesantren; Dulu, Kini dan Mendatang”, “Rukun dan Ruh Pesantren”, “Mengenal Satuan Pendidikan Pesantren”, “Majelis Masyayikh dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren”, “Kitab Kuning dan Tradisi Keilmuan Pesantren”, “Pendidikan Keagamaan Islam (MDT dan PQ)”, “Kemandirian Pesantren”, “Moderasi Beragama ala Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam”, “Pendidikan Inklusi bagi Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam”, “Roadmap Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat Pesantren”, “Pesantren dan Kebudayaan Nusantara”, “Santri dan Literasi Digital”, “Santri dan Dakwah di Media Sosial”, “Santri Mendunia”, dan “Santri dan Kepemimpinan Nasional”.
Tema-tema tersebut diisi oleh para narasumber yang kompeten di bidangnya, antara lain: Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani (Direktur Jenderal Pendidikan Islam), Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag (Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren), Drs. H. Nurul Huda, M.Pd (Kepala Sub Direktorat Pendikan Diniyah dan Ma'Had Aly), KH. Abdul Ghofarrozin (Ketua Majelis Masyayikh dan Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati), Nyai Hj. Badriyah Fayumi (Anggota Majelis Masyayikh dan Pengasuh Pesantren Mahasina Darul Hadits Bekasi), Dr. Mahrus, M.Ag (Kepala Sub Direktorat Pendidikan Al-Qur'an), Hasanudin Ali (Tenaga Ahli Menteri Agama), KH. Muhammad Dian Nafi' (Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Windan, Sukoharjo), Dra. Hj. Siti Sa'diyah, M.Pd (Kepala Sub Direktorat Pendidikan Diniyah Takmiliyah dan Sekretaris Kelompok Kerja Pendidikan Inklusi Kementerian Agama), Hj. Alissa Wahid (Konsultan Ahli dan Kornas Gusdurian), M. Jadul Maula , Pengasuh Pesantren Budaya Kaliopak Yogyakarta, Kalis Mardiasih (Kolomnis dan Pegiat Media Sosial), Ahmad Husein Fahasbu (Dosen Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Situbondo dan Pegiat Media Sosial), Munawir Aziz Santri Diaspora yang kini berkarir di London Inggris serta Prof. Dr. H. Abu Rokhmad, M.Ag.
Seluruh materi program dapat dilihat ulang di channel Youtube Radio Elshinta dan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama.