Elshinta.com - Hari ini 3 tahun yang lalu terjadi kerusuhan di sekitar Sarinah, Jakarta Pusat implikasi dari kalangan yang kecewa terhadap hasil Pemilu 2019. Lebih dari 400 orang ditangkap.
Kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 sebatas bentrok antara massa dengan aparat di sejumlah titik sekitar Sarinah, Tanah Abang, dan Sabang. Tidak sampai terjadi penjarahan.
Kerusuhan 21-22 Mei di Jakarta mencoreng penyelenggaraan pemilu yang sejak reformasi tidak pernah berbuntut bentrokan. Baru Pemilu 2019 terjadi hingga ratusan orang ditangkap hanya dalam hitungan 2 hari.
Pemilu 2019 terdiri dari pemilihan legislatif dan pemilihan presiden yang digelar serentak. Meski demikian, publik lebih menyoroti pilpres yang mempertemukan pasangan Jokowi-Ma'ruf versus Prabowo-Sandi.
Rivalitas pendukung kedua paslon sangat tinggi. Dari level elit hingga menular ke akar rumput. Media sosial selalu ramai oleh isu politik. Ujaran kebencian pun kerap dilontarkan kedua pendukung.
Tensi politik Pilpres 2019 sangat tinggi. Apalagi saat ditemukan sejumlah dugaan pelanggaran pemilu seperti pengerahan ASN untuk mendukung paslon tertentu, ketidaknetralan aparat, dan pengerahan kepala daerah serta aparatur pemerintah desa untuk ikut deklarasi dukungan kepada peserta Pilpres 2019.
Temuan dugaan kecurangan itu 'digoreng' sedemikian rupa dengan narasi politik guna meraih emosi publik.
Jokowi - Ma'ruf yang didukung oleh sembilan partai politik kemudian dinyatakan menang di 21 provinsi dengan perolehan suara 85.607.362 atau setara dengan 55,50 persen. Sedangkan Prabowo - Sandi yang diusung empat partai politik menang di 13 provinsi dengan mendapat 68.650.239 suara atau 44,50 persen.
Usai KPU mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara secara manual, sejumlah masyarakat dari berbagai daerah bergerak ke Jakarta dengan titik temu di Gedung Bawaslu. Tujuan mereka satu: Bawaslu menyatakan bahwa telah terjadi kecurangan dalam gelaran Pilpres 2019 hingga meletus bentrokan 21-22 Mei.
Pemilu 2019 juga tercoreng lantaran mengakibatkan 894 petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.
Pemilihan presiden, DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota serta DPD membuat petugas kelelahan. Keserentakkan Pemilu 2019 memang tidak sama seperti pemilu sebelumnya, yang mana pileg dihelat beberapa bulan terlebih dahulu.
Sumber: cnnindonesia.com