Elshinta.com - Buat anda para pecinta kuliner tradisional, nama pempek pasti sudah tidak asing lagi. Penganan khas Palembang, Sumatera Selatan ini, saking terkenalnya kini bahkan bisa ditemui di berbagai belahan wilayah Nusantara.
Di Subang sendiri, makanan berbahan dasar ikan yang disajikan dengan saus khas bernama cuko ini bisa ditemui nyaris di setiap sudut kota. Mulai dari pempek kelas kaki lima, hingga pempek kelas hotel bintang lima.
Salah satu kuliner yang secara khusus menyajikan pempek di Kota Subnag ini, ada di Jalan MT. Haryono blok pasar pujasera, Kelurahan Cigadung,
Di jalan sepanjang 300 meter ini, berjejer berbagai kedai yang menyajikan makanan para pelaku UMKM. Uniknya, semua menggunakan nama orang sebagai merek dagang, ada yang bernama Pempek Eddy, Pempek Lala, Pempek Cek Ida, masih banyak lagi.
Salah satu gerai yang menyajikan pempek dari olahan ikan kakap dan tenggiri ini, sudah berdiri sejak 2020 silam. Sejak didirikan oleh Yulia 1 tahun silam, Pempek Dapur Mami Yo ini menjadi salah satu yang paling ramai hingga kini. Sejak buka jam 09.00 pagi hingga tutup pukul 10.00 malam, pengunjung nyaris tak pernah kendur. Baik yang menikmati pempek di gerai, maupun para wisatawan dan pekerja yang membelinya untuk oleh-oleh sanak saudara di rumah.
Yulia menyatakan saat pandemi covid 19 ada penurunan omzet yang terjadi. “Kalau hari normal, maksudnya saat tidak pandemi, setiap harinya omzet di atas 5 juta Itu setiap hari. Namun saat pandemi, dan aturan dari pemerintah yg sangat ketat kami juga sempat terdampak, kami mengalami penurunan omzet hingga 30-50% setiap harinya,” ujarnya kepada Kontributor Elshinta, Hari Nurdiansyah, Kamis (21/4).
Namun seiring dengan kondisi yang terus membaik dan peraturan terkait pandemi yang semakin longgar, membuat bisnis pempeknya kembali menggeliat. Orang-orang lokal/ pelancong dari luar wilayah seperti Jakarta, Bekasi, bahkan dari Palembang, kini sudah semakin percaya diri mengkonsumsi pempek miliknya. Sementara wisatawan dan para pekerja yang kembali hadir di Subang dan mulai bertransaksi membeli pempek untuk buah tangan orang-orang tercinta di rumah.
Apalagi kini pembayaran di pempek miliknya semakin banyak pilihan untuk melakukan transaksi. Selain pembayaran tunai, salah satu metode pembayaran yang paling banyak diminati oleh para pelanggan adalah pembayaran non-tunai.
Salah satu pelancong, Wafi yang tinggal di Palembang, mengaku seringkali lupa membawa uang tunai. Namun, hal ini tak mengurungkan niatnya menikmati Pempek. “Sekarang enak, sudah lebih mudah kalau saya lupa membawa uang tunai. Kalau dulu saya panik kalau lupa membawa uang. Sekarang kan tinggal scan saja,” jelas Wafi.
“Pembayaran non-tunai ini memberikan pelanggan pilihan yang luas, karena pasar kami kan saat ini tidak hanya orang Subang. Namun juga orang-orang di luar Subang. Nah orang di Subang memang masih lebih banyak yang membayar tunai. Namun bagi para wisatawan dan para pekerja, atau pelancong yang datang dari luar kota, metode pembayaran non-tunai ini menjadi pilihan utama.
Mungkin karena mereka sedang bepergian ya, jadi tidak aman jika membawa uang tunai, makanya metode pembayaran non-tunai jadi pilihan,” ungkap yulia lebih jauh.